Pulang

 Di ranjang engkau terbaring. Hanya untuk berdiri begitu banyak energi engkau perlu. Makan dan minum tak lagi seperti biasa. Kadang muncul kata-kata tak bermakna dari mulutmu. Genggaman tanganmu mengerat. Ada ketidakrelaan untuk pergi. Ada pulang selalu menanti. Mungkin ada perasaan cemas. Cemas memikirkan kesedihan kami. Cemas ,saat kami susah engkau tak bisa mendampingi. Khawatir saat kami sedih engkau tak bisa menghibur.

Ragamu semakin lemah. Tak ada asupan makanan dan minuman. Membiarkanmu pergi adalah pilihan bijak. Merelakannmu melanjutkan perjalanan pilihan terbaik. 

Berusaha menahanmu,mungkin bentuk keegoisan. Saatnya engkau pergi. Namun,aku menahanmu.

Ranjang merupakan awal sekaligus akhir. Perjananan mulai dari sini dan beakhir di sini.Di ranjang juga ada nirwana. Kamu bisa terbang ke surga saat masih memiliki jasad.Setelah engkau bertahun-tahun merambah usia,kini di atas ranjang menanti ujung jalan. Hembusan napas terakhir.

Tangisan sambung menyambung. Maut datang mengincar lalu menjemput dengan pasti. Ratapan menyayat hati bergema.  

Siapkah aku kehilangan? Siapkah aku mendapat giliran?

Kini semua telah berubah. Semua prosesi telah tergelar. Masi sedikit tahap agar engkau tenang. Dan yang lebih penting kami bisa belajar tentang kerelaan. Belajar tentang realitas hidup,kematian.

Damailah,Tenanglah. Aku sudah siap. Menjalani peran di dunia.


Komentar

Postingan Populer