Berhenti Mengejar Kebahagiaan

 Kebahagiaan .Demikian dambaan setiap insan. Kebahagiaan,ditempatkan sebagai tujuan. Kita berjalan bahkan berlari menujunya. Kebahgiaan kita artikan adalah sesuatu yang berada di luar,ada dalam objek. Mencari kebahagiaan adalah suatu kerinduan. Kebahagiaan kita tempatkan dalam objek. Sehingga kita menginginkan objek untuk dimiliki. Melakukan apapun untuk mendapatkan,memiliki objek. 

Objek kebahagiaan sangat luas dan beragam. Mulai dari rumah tempat tinggal,mobil mewah ,gagasan tentang pasangan yang roamantis,liburan ke luar negeri atau memenangkan lotre.

Pada titik tertentu dalah hidup,kita mungkin pada kesimpulan bahwa mengejar kebahagiaan adalah suatu kesiasian,buang-buang waktu. Setelah semua kebutuhan dasar terpenuhi,kita mulai menghabiskan waktu mengejar objek keinginan kita,keinginan yang kita anggap membuat bahagia.

Saat memperoleh objek keinginan kita,tentu saja akan merasakan  kebahagiaan tertentu.Kita merasa meraih impian dan sungguh rasanya menyenangkan. Namun,perasaan itu tak bertahan lama atau tak selamanya merasakannya. Kita gagal menyadari bahwa kehidupan ini ada sisi negatif dan positif. 

Saat rasa ketidakpuasan kita yang mengganggu kembali muncul, kita berpikir itu mungkin bukan yang kita kejar.Pencarian dan pengejaran dimulai lagi. Kita kembali berlari di atas roda hamster yang di dalam istilah Hindu disebut samsara; didorong oleh rasa dasar ketidakpuasan dan kekurangan, dimotivasi oleh serangkaian keinginan dan paksaan yang tak berkesudahan.

Pandangan kita tentang suatu hal bisa berubah. Kita mulai menyadari bahwa kebahagiaan bukan berada di luar. Kebahagiaan bukan terletak pada benda duniawi. Kebahagiaan tidak ada dalam materi. Dimana kebahagiaan ?

Kebahagiaan tidak ditemukan pada orang lain,pada situasi tertentu,pada sejumlah tabungan di bank. Jika kebahagiaan memang datang dari berbagai hal, maka hal yang sama akan membuat semua orang bahagia, tetapi tidak bukan ?. Seorang remaja pecandu adrenalin mungkin memiliki waktu dalam hidupnya untuk mendaki gunung gunung,melakukan sesuatu yang memacu adrenalin . Neneknya yang sudah tua, bagaimanapun, mendapatkan kegembiraannya dari sekedar duduk di kursi rajutan. Mendaki gunung tentu tidak akan membuat sang nenek senang; dan sepasang jarum rajut bukanlah ide yang bagus untuk seorang remaja.

 Kebahagiaan nukan  pada objek. Kebahagiaan tidak bergantung materi.Kita mengacaukan kebahagiaan kita dengan objek karena ketika kita memperoleh atau mencapainya, kita merasakan kepuasan dan kelegaan. Ini bukan karena objek itu sendiri. ‘Materi’ tampaknya membawa kebahagiaan karena begitu kita memperolehnya, ada pelepasan ketegangan. Energi yang digunakan untuk menginginkan, mengharapkan dan mendambakan objek itu telah surut dan kita mengalami kebahagiaan alami kita. Ini bukan berarti menolak hal-hal materi. Tetapi,menganggap kebahagiaan ada di materi,di luar adalah keliru. 

Kita rindu akan kebahagiaan. Ya,karena alaminya kita adalah kebahagiaan. Dalam Filosofi Hindu,kita dasarnya adalah Sat Cit Ananda. Sat cit ananda adalah kebahagiaan yang tertinggi yang dalam "Acintya Bedhaabheda Tatwa" disebutkan bahwa Sat itu Kekal,abadi. Cit itu Mahatahu dan Ananda adalah Kebahagiaan.

Kita dilahirkan baik-baik saja, kita selalu baik-baik saja dan kita akan selalu baik-baik saja. Kita datang ke dunia ini dalam keadaan harmoni dan keseimbangan.

"Rahajeng Purnama Kelima "


Komentar

Postingan Populer