Tentang Kematian



"...Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu,dan pergunakanlah waktu hidupmu untuk menghadap matimu."

(Dikutip dari Hadis Nabi Muhammad-shahih Bukhari,dikutip dari Riaddhus Shalihin kumpulan Imam Nawawi)

Demikian saat kali pertama membuka lembaran buku Kematian_Panduan untuk Menghadapi dengan senyuman karya Anand Krishna.Buku ini baru sore tadi diterima,padahal mencarinya sudah lama.Di komunitas Anand Krishna di Singaraja juga stok buku "Kematian"lama kosong.Yang ada buku "Kehidupan".Dan tadi dapat keduanya di jual beli online.

Pada kesempatan ini tidak akan membahas isi kedua buku tersebut.Karena tentu saja belum dibaca.Dan rencana juga akan dibaca nanti saja setelah merampungkan beberapa novel yang belum selesai dibaca.

Memang hanya sedikit sekali panduan menghadapi kenyataan yang bernama kematian.Sementara panduan hidup banyak tersedia.Padahal kematian adalah kepastian,sedangkan di hidup ini banyak sekali kemungkinan.

Kita bisa saja kaya kemudian miskin.Atau dari tidak punya apa-apa menjadi melimpah harta.Dan banyak kemungkinan lainnya.

Cita-cita penting seorang sadhaka ,pejalan spiritual selain mampu "menerangi dunia"juga "tahu cara mati yang benar".Mereka tidak ingin dirajam duka saat kematian tiba

Adakah caranya?

Leluhur nusantara sebenarnya sudah mengkaji perihal kematian.Kita bisa mempelajari hasil dari "percobaan'renungan para tetua nusantara.Dalam Nitisastra jelas menyarankan :"Setelah setengah umur ,baiknya anda memegang teguh kata-kata yang benar.Lepasnya Atma dari badan hendaknya dipelajari."

Ada juga kitab dari Tibet tentang cara meniada The Tibetan Book of the Dead.Buku pembimbing mati ala Tibet.Buku itu mungkin sudah langka ,hanya saja saya sangat bersyukur di buku Kematian karya Anand Krishna ada dibahas.(Baca sekilas)

Di Bali ada puluhan teks yang membahas tentang kematian.Misal diantaranya Bhuwana Kosa,Jnanasidhanta,Tatwajnana,Kalepasan,Ganapati Tatwa,Wrhaspati Tatwa,Sanghyang Mahajnana,Yoga Nindra ,Angkus Prana dan masih banyak lagi yang lainnya.Teks-teks tersebut merupakan "buku ajar cara meniada".

Karena ada jalan mati yang benar ,maka kematian tidak wajar dianggap dosa.Di Bali ada dua tipe kematian "tidak wajar".Pertama mati salah pati,mati yang tidak disengaja misal mati tertabrak mobil,mati karena jatuh,mati hanyut dan sebaginya.Kedua ,mati ulah patu artinya mati karena ada unsur kesengajaan dengan bunuh diri.Orang terpelajar sangat menyesalkan mati demikian.Sarannya:matilah dengan pikiran terpusat pada Tuhan.

Kalau menurut Sabda Sri Krishna dalam Bhagawadgita bahwa kematian itu bagai orang yang berganti baju.Pakaian usang dilepas diganti dengan yang baru.Sebuah kodrat hidup.Sangat alami.

Kala merupakan waktu yang digambarkan seram dalam bentuk yang seram.Karena kala tak terjangkau pikiran.Di Bali sosok kala diberikan "persembahan".Ini bermakna "bersahabatlah" dengan waktu,dengan kematian.Caranya ,menguasai nafas dan pengendalian indria.Menurut teks Jnanasidhanta dan Tutur Kalepasan ada tiga jalan menuju mati.Yakni menerangkan lepasnya atma dari tubuh.Pertama ,lepasnya prana melalui ubun-ubun,atma bergerak menuju tempat dua belas jari di atas kepala.Kedua melalui ujung hidung.Dan ketiga melalui pusat hati.Jalan ini lazim disebut jalan meniada sang pendeta.

Selain itu menurut Ganapati Tatwa menyatakan jangan biarkan atma lepas lewat sembilan lobang atau disebut babahan sanga.Jalan ini dianggap nista.(buruk)

Ada juga dikatakan dalam biografi seorang yogi bahwa hambatan terberat jalan mati utama adalah belitan ikatan tresna badaniah.Dalam hidup ikatan tresna tentu sangat diperlukan dalam hidup.Hanya jalan mati bisa terganggu oleh belitan ini.

Tidak mudah tentu cara atau jalan mati Ala Bali karena teramat sulit dan bersifat sangat rahasia.

Orang-orang Bali yang terpelajar tetap percaya:mengetahui berarti mengalami.

Orang mati tentu tidak dapat hidup kembali dan menuliskan kisahnya.Maka cara matipun tetap menjadi rahasia.

Untuk itu tidak ada teks atau kitab penunjuk mati yang paripurna.Semua hanya spekulasi




Komentar

Postingan Populer