Matinya Para Ahli

Ada isu hangat tentang penolakan masyarakat terhadap rancangan undang-undang yang dianggap berbahaya. Mengatur hal yang sangat pribadi warganya dan bisa disalahgunakan. Saya tidak ingin membahas itu. Saat saya masih mengetik mahasiswa masih memadati halaman gedung DPR,begitu berita salah satu televisi.

Memang di era digital ini berita informasi begitu cepat tersebar. Kita bisa tau segala sesuatu. Google. Demikian ia disebut. Merupakan mesin pencari sesuatu di internet. Hanya dengan mengaksesnya kita jadi tau semua.

Banjir informasi. Begitu banyak link-link informasi tersedia. Apa yang kita baca,itulah kita. Bagaimana kita yang sering kita buka,kita baca adalah yang membuat benci semakin membara? Yang kita baca di group wa. Yang kita baca di fb,atau group fb.

Kita menjadi makhluk pembenci. Padahal sejatinya kita penyayang. Kebencian itu diajarkan. Demikian qoute di fb. Apakah ini termasuk kebencian terhadap agama?

Kita demikian bebas. Bebas menilai agama yang lain. Bebas menghujat. Bebas menghasut agar membenci agama lain. Ini demokrasi. Oh ya? Tapi entah mengapa kita tak bebas mengkritisi pemerintah? Woy....jangan melebar. Mengkritisi boleh,menghina jangan. Tapi siap-siap menghadapi "pasukan tak terlihat" engkau akan di sering. Bullying. Sudah cukup bahas ini.

Dalam hal agama kita menjadi tak percaya tokoh agama. Para sarjana kalah oleh koment akun anonim. Kata-kata memang hebat. Jadi sulit menemukan sosok guru. Sulit menemukan panutan.

Ini memang jaman membingungkan. Memang perlu menepi saat banjir. Saat air deras. Overload informasi. Perlu sesekali menepi. Menyepi.

Tapi,aku tak pernah sepi dari kenanganmu...

Komentar

Postingan Populer