Belajar

 Belajar. Kata yang indah. Terkandung sikap untuk membuka diri . Siap menerima perubahan yang ada.

Belajar diidentikkan dengan memegang buku. Memegang buku dan membaca diartikan sudah belajar. 

Belajar bisa darimana saja. Dengan atau tanpa buku. Di sekolah atau di rumah. Belajar tidak dibatasi tempat. 

Buku Yu Hua,"Tangis di Rinai Gerimis" belum selesai juga aku baca. Membaca buku perlu "mood "yang baik. Membaca juga perlu fokus dan energi. Dan yang tak kalah penting ada waktu luang.

Kita belajar dari kehidupan. Banyak hal tak sesuai keinginan mampir. Belajar menerima. Menerima yang tak sesuai keinginan. Saat peristiwa yang diharapkan hadir,belajar juga untuk tidak menggenggam. Karena saat lepas akan lebih menyakitkan.

Peristiwa yang mengontrol hidupmu. Terombang ambing yang datang dan pergi. Memang hal wajar. Rasa sakit bisa hadir. Namun,ketika berlarut-larut tentu menyakitkan. Sadarlah.

Setiap pengalaman adalah cara agar sang jiwa semakin murni. Cara jiwa untuk belajar. Semua untuk kebaikan jiwa. Namun,sering ego menolak. Ego memberontak. Ini sangat menyakitkan.

Saat pengalaman hadir yang tak sesuai harapan. Kita menyalahkan pihak lain,ini tanda belum belajar. Saat pengalaman hadir tak sesuai harapan,mulai melakukan refleksi proses belajar di mulai. Tat kala semua indah,semua baik adanya disana terjadi kesempurnaan. Namun,aku masih jauh dari tahap sempurna.

Aku memang tak baik-baik saja. Ada badai hebat di kepala. Tsunami dahsyat di dada. Bergetar diri ini. Semoga aku bisa melewati hal ini. Sesuatu yang tak membunuhmu adalah akan menguatkanmu.

Komentar

Postingan Populer