Kamulah Cinta
Selama masih ada luka di hatimu, jangan buru-buru menyebut itu cinta.
Barangkali kamu hanya sedang mencari pelipur, perban darurat bagi jiwa yang masih berdarah.
Kamu menyebutnya cinta, padahal sejatinya itu kamuflase.
Penutup.
Topeng lembut yang kamu tempel di atas luka lama yang belum benar-benar kamu lihat… apalagi kamu rawat.
Maka tak heran, ketika harapanmu tak terpenuhi, kecewa itu muncul seperti tamu tak diundang yang datang membawa cermin.
Cermin yang menunjukkan bahwa kamu belum selesai.
Cinta sejati tidak bersembunyi di balik syarat atau harapan.
Ia tidak muncul karena kamu kesepian.
Ia tidak tumbuh dari trauma yang belum selesai kamu pahami.
Cinta yang sejati itu aneh.
Ia hadir tanpa alasan.
Tak bisa dijelaskan.
Tak bisa dikalkulasi.
Ia tidak menuntut balasan, tidak menggenggam dengan cemas.
Ia hanya mengalir…
Lembut, tenang, dan tanpa batas.
Ia menerima, bukan karena tak punya pilihan, tapi karena ia telah selesai dengan dirinya sendiri.
Dan ketika kamu mulai memahami itu…
Bahwa cinta tidak perlu dipaksa, tidak perlu dikejar, tidak perlu dijadikan pengganti luka—
Saat itulah kamu mulai menyadari sesuatu yang tak pernah kamu sangka:
Bahwa yang kamu cari selama ini bukanlah orang lain.
Tapi dirimu sendiri.
Bahwa kamulah cinta itu.
Bukan karena kamu dicintai.
Tapi karena kamu akhirnya memilih untuk sembuh…
Dan dari sana, cinta itu tumbuh tanpa kamu harus memintanya lagi.
Komentar
Posting Komentar