Lelaki di Teras Rumah
Aku sering duduk lama di teras rumah setelah anak-anak tidur, hanya untuk mendengar suara yang tak terdengar siapa-siapa: suara dari dalam diriku sendiri.
Bukan karena aku sedang menunggu sesuatu. Tapi karena aku baru sadar, hari itu, seperti hari-hari sebelumnya, aku lupa menanyakan satu hal penting: apakah aku baik-baik saja?
Sebagai laki-laki, sejak lama aku diajari untuk “tanggung jawab dulu, urusan perasaan belakangan.” Aku memeluk peran sebagai kepala rumah tangga seperti memeluk duri,nyaman karena terbiasa, tapi selalu ada perih yang tak bisa dijelaskan.
Aku bekerja. Aku mencukupi. Aku diam. Dan di balik semua itu, aku mulai kehilangan sesuatu: diriku sendiri.
Kadang aku iri pada anakku yang menangis saat lelah. Istriku yang curhat tanpa beban. Teman-teman yang bisa bilang, “aku butuh rehat.” Sementara aku? Aku bahkan bingung harus mulai dari mana menjelaskan lelahku.
Di usia ini, di mana rapuh mulai tumbuh satu-satu seperti penagih waktu, aku justru merasa seperti anak kecil yang tersesat di tengah peta kehidupan yang pernah aku gambar sendiri. Aku tahu aku ingin menjadi ayah yang baik, suami yang sabar, anak yang membanggakan. Tapi aku lupa: aku juga manusia biasa yang berhak merasa bingung, takut, bahkan ingin lari.
Malam-malam seperti ini, aku bicara dalam hati, “Apa kabarmu, wahai aku yang pernah punya mimpi? Apa kabarmu, laki-laki kecil yang dulu suka menulis puisi, mendengarkan musik sendirian, dan percaya bahwa hidup bisa ditertawakan dengan ringan?”
Kini aku menatap cermin dan melihat wajah yang tak sepenuhnya aku kenali. Wajah itu tak lelah karena usia,tapi karena terus menunda berdamai dengan diri sendiri. Karena terus berpura-pura kuat, saat sebenarnya ingin sekali rebah dan mengatakan, “Aku takut gagal, tapi lebih takut jika tak jujur pada diri sendiri.”
Kata orang, jadi laki-laki itu harus bisa memimpin. Tapi bagaimana kalau sebenarnya yang kita butuhkan adalah dipimpin kembali ke dalam diri kita yang hilang?
Aku tak ingin jadi lelaki sempurna. Aku hanya ingin jadi lelaki yang jujur,bahwa aku bisa kuat, tapi bukan berarti tak pernah runtuh.
Dan malam ini, aku menulis ini. Bukan untuk siapa-siapa. Tapi untukku. Sebagai cara memanggil diriku yang lama. Lelaki yang diam-diam hanya ingin satu hal sederhana:
Pulang.
*Senin,7-7-2025
#Happy Anniversary
Komentar
Posting Komentar