1Q84 Jilid 2

Saat membaca 1Q84 sulit berhenti ketika sudah mulai membaca. Meminjam bahasa Murakami,  

Fuka-Eri tinggal di kelompok Sakigake, ia adalah anak dari tokoh utama dalam kelompok itu. Setiap orang dalam kelompok memiliki tugas masing-masing yang harus dijalankan dengan disiplin. Suatu hari, Fuka-Eri mendapat tugas menjaga seekor kambing buta. Kambing ini sangat berharga untuk kelompok tersebut, namun karena sibuk dengan tugas sekolahnya, ia lupa akan tugasnya dan berakibat kematian si kambing buta. Sebagai hukuman atas kelalaiannya, Fuka-Eri dikurung dalam sebuah gudang gelap bersama bangkai kambing buta selama 10 hari. Setiap hari ia kedinginan dan ketakutan melihat bangkai kambing itu. Pada suatu malam, mulut kambing itu terbuka dan keluarlah tujuh Orang Kecil, tidak lebih dari 60 cm dan memintanya membantu mereka membuat kepompong udara. Ketika kepompong udara itu hampir selesai, ia melihat kepompong udara itu berisi seseorang  di dalamnya. Siapa orang itu? Hari itu juga Fuka-Eri kabur dari kelompok Sakigake.
Q84 adalah konteks suatu masa, merujuk pada sebuah tempat pada tahun 1984 yang bergeser sehingga membawa perubahan pada manusia yang hidup di tempat tersebut. Huruf Q pada 1Q84 merupakan representasi dari Question, sebuah tanda tanya, yang digoreskan oleh tokoh dalam kisah ini karena disorientasi waktu dan tempat dimana mereka hidup. 
 
  Manusia belajar mencintai dirinya sendiri dengan mencintai dan dicintai orang lain (hal 159)
 
Seperti review 1Q84 jilid 1 sebelumnya, kedua tokoh utama dalam buku ini, Tengo dan Aomame saling tarik menarik sebuah benang merah yang kehadirannya oleh mereka sendiri tidak diketahui. 
 
 Tengo di suatu tempat di Tokyo terus hidup dalam ritme individual yang menarik diri dari perkembangan dunia sekitarnya, apalagi ketika ia mulai terlibat dalam penulisan sebuah buku berjudul kepompong udara yang akhirnya menjadi best seller dan mengundang banyak perhatian dari media massa. Media massa tidak percaya jika buku dengan ide dan penuturan sebaik itu dituturkan oleh seorang gadis berusia 17 tahun. Tengo hidup dalam kewaspadaan karena kapan saja kedoknya sebagai ghost writer bisa saja terbongkar. Apalagi orang-orang yang tadinya dekat dengan dia mulai menghilang satu persatu. Suatu hari munculah seorang berperawakan aneh yang menawarinya uang senilai tiga juta yen dan menawarkan perlindungan. Perlindungan atas apa? Tengo mulai menyadari kedoknya mulai terbongkar. Keadaan diperburuk dengan kembalinya Fuka-Eri, setelah beberapa waktu menghilang, muncul di Apartemen Tengo. Suatu malam, saat mereka sedang tidur, Tengo bangun tengah malam dan mendapati dirinya telanjang dan Fuka-Eri sedang berada diatasnya mencoba berhubungan seksual dengannya. Anehnya Tengo tidak bisa menggerakan anggota tubuhnya, bahkan untuk mengangkat jarinya pun ia tak bisa. Mereka melakukan penyucian, begitu kata Fuka-Eri
 
 Di sisi lain Tokyo, Aomame mendapat tugas membunuh pemimpin kelompok Sakigake. Suatu rencana diatur agar ia dapat memberikan pijat otot kepada sang pemimpin sekaligus kesempatan untuk menghabisi nyawanya dengan cara yang sangat halus dan tak berjejak. Pada saat rencana tersebut telah berjalan lebih dari separuh, saat ia sedang berhadapan dengan sang pemimpin misterius di sebuah kamar hotel yang dijaga ketat, ia mengetahui beberapa fakta yang membuatnya gemetar. Sang pemimpin mengetahui perasaan terdalam yang ia simpan untuk Tengo, teman masa kecilnya. Sang pemimpin pun tahu bahwa Aomame datang untuk menghabisinya dan justru memohon kepadanya untuk segera melakukan tugasnya. Sang pemimpin rupanya menderita oleh perbuatan Orang Kecil. Orang Kecil menjadikannya Reseptor, sedangkan anaknya sendiri, yang tujuh tahun sebelumnya telah melarikan diri darinya, Fuka-Eri adalah Perseptor dari Orang Kecil. Pilihan ada ditangan Aomame, menurut sang pemimpin, jika ia berhasil maka nyawa Tengo masih mungkin terselamatkan, sementara nyawanya sendiri mungkin sangat terancam oleh kelompok Sakigake. Apa pilihan yang dibuat oleh Aomame?
 
Pada Jilid kedua ini, Murakami tampaknya mulai rela membeberkan beberapa teka-teki yang muncul pada Jilid pertama, tentu saja pemberitahuannya tidak secara gamblang, pembaca terus dipaksa berpikir dan membolak-balik halaman untuk menghubungkan setiap cerita. Cara penuturan masih dilakukan secara bergantian antara kedua tokoh utama bab demi bab.  

Komentar

Postingan Populer