Elegi sore hari

Hari ini angin sepoi-sepoi menerpa wajahku.Langit sedikit berawan sehingga sore ini tidak terlalu panas.Waktu yang pas untuk rehat sejenak.Seperti biasa aku menikmati sore dengan segelas kopi dan disertai dengan buku.

Namaku wirya.Umurku masih 20-an tahun.Arti namaku adalah seorang pemberani.Mungkin itulah doa dari kedua orang tua kepadaku.Aku tidak bisa bermain musik,mendengarkan musik aku sangat suka.

Saat kopi sudah hampir habis,aku menemukan kutipan dari buku.Berikut isinya.

"Cinta tak mengenal kata mati,mati hanya ada bagi jiwa-jiwa yang melekat pada tubuh pasangannya bukan jiwa-Nya"

Setelah membaca kalimat tersebut Wirya meletakkan buku itu.Kepalanya terasa berat.Matanya berkunang-kunang.Hingga ia membaringkan tubuh di teras rumah.Mengatur nafas.Bernafas perlahan.Hingga nafas melambat.Hening.

Wirya menyaksikan ditangan kirinya dipasangi infus.Ia memperhatikan ruang yang serba putih.Termasuk baju yang digunakan berwarna putih.Kemudian datanglah seseorang yang mungucapkan beberapa patah kata."Syukurlah kamu sudah sadar",katanya.

Akupun bertanya-tanya."Mengapa aku berada disini?"
Berikutnya datang seorang perempuan.Rambut sebahu.Tubuh lumayan tinggi.Ia tersenyum senang sekaligua khawatir melihatku.
Iapun mendekat dan mendekapku.Sambil menangis.Entah haru atau sedih.

Aku merasakan sekujur tubuhku sakit.Aku mencoba menggerakkan tanganKemudian kaki.Lalu mencoba untuk berdiri.Lama sekali rasanya berbaring.Hanya saja aku tidak bisa duduk.Perlu bantuan dari perempuan tadi.

Beberapa hari kemudian aku bisa pergi dari tempat ini.Ke rumahku tentunya.Rumah yang sederhana.Aku dirawat oleh perempuan yang tadi menemaniku di rumah sakit.Aku duduk di kursi roda.Ternyata aku tidak bisa berjalan normal.Apa yang terjadi?seolah aku lupa.Amnesia mungkin juga.

Aku sangat bersyukur ada perempuan itu yang selalu merawat dan memperhatikannku.

Hari berganti hari.Aku banyak melewati di kursi roda atau di ranjang.

Pagi hari aku lewati dengan sendiri.Karena perempuan yang selalu menemaniku kerja.Aku biasanya menghabiskan hari dengan membaca buku.Ada setumpuk buku disampingku.Saat malam aku habiskan dengan mengobrol dengan perempuan itu.

Setiap malam jumat biasanya perempuan itu mencium seluruh tubuhku.Aku hanya pasrah .Aku biarkan ia menyusuri lekut tubuhku.Aku tidak bisa berbuat banyak.Aku hanya memperhatikannya.Tidak rasa yang bergelora.Entahlah mungkin aku mengidap kelainan atau penyakit.Ia selalu melakukannya secara rutin.Ia tidak pernah bosan.

Hingga suatu malam jumat yang entah keberapa aku merasakan ada yang bergelora.Dari dalam.Aku merasakan panas di sekujur tubuh.Tiba-tiba aku bisa merasakan seluruh tubuh.Aku bisa menggerakkan kedua kakiku.Aku bisa merasakan memiliki kaki.

Sebelum menciumku,perempuan itu selalu terpejam sejenak.Mulutnya bergerak-gerak.Seperti berdoa.

Kemudian ia mengecup kening.Berikutnya bibir.Akhirnya aku bisa membalasnya.Aku ikut mengulum bibirnya.Ia semakin liar,merasakan saling kulum.Ia merem melek.Iapun menelusuri setiap lekuk tubuhku.Akhirnya aku merasakan ada yang menegang dalam celana.

"Kamu sudah sembuh,sayang....", Bisiknya ditelinga.

Akhirnya kami melewati malam yang berbeda dari malam sebelumnya.

Aku mengerti apa yang diucakkannya semalam.Aku sudah bisa duduk sendiri.Bahkan berjalan.Walau masih tertatih -tatih.

Aku merasa hidup.Aku sangat bersyukur.Merasakan tubuh berbeda dari sebelumnya.Bisa berjalan.Mandi ,makan mengambil buku di atas meja.Aku bisa mandiri.

Tiba-tiba aku merasakan cahaya terang.Silau.Dan menyadari nafas.Aku terbangun.Ternyata tadi mimpi atau pengalaman meditasi?akupun berdiri.Hari masih sore.Kopi masih sisa ampasnya.Dan buku tergeletak di undakan.Tiba-tiba aku ingat perempuan itu...

Sepertinya lama sekali tadi.Mimpi atau kilatan pengalaman masa lalu?kehidupan lampau?Atau hanya hayalanku.Entahlah....

Aku jadi merindukan perempuan itu.Akupun mengambil buku yang tergeletak dibawah dan menemukan kalimat yang berbunyi:

"Kita terpisah hanya untuk merasakan kesatuan"
 

Komentar

Postingan Populer