Ruang

 Hari ini malam yang gelap.Tilem.Bulan mati. Ke luar memandang langit,tampak cahaya bintang lebih terang. Bintang yang terlihat itu ada di masa lalu,mungkin sekarang sudah redup,sudah tidak ada. Terlihat atau sampai di mata lewat berjuta kilometer tahun cahaya. Langit malam tampak luas.

Aku merasakan kecil dihadapan ruang langit. Aku tidak seberapa dibandingkan semesta. Butiran debu. Tidak penting. Ah rasanya melegakan. Jauh dari masalah yang dialami. jauh lebih kecil tugas-tugas kantor dari ruang angkasa. Aku ada atau tidak ada itu tak berpengaruh apapun pada semesta. 

Saat ini raung begitu berharga. Ruang yang sempit membuat sumpek. Saat berada di ruang yang luas dan cukup itu terasa nyaman. 

Ruang-ruang semakin terbatas. Seperti misalnya hutan,taman,ruang seni,museum atau perpustakaan. 

Perpustakaan misalnya adalah ruang yang semakin terancam. Banyak orang menganggap ruang perpustakaan sudah tidak penting karena sudah ada internet. Anggapan ini tentu keliru besar. Karena,banyak perpustakaan inovatif  selain menyediakan buku juga bisa mengakses internet itu sendiri dengan lebih mudah.Lagi pula,fungsi perpustakaan bukan hanya penyedia buku. Perpustakaan adalah satu dari sedikit ruang publik yang menyukai pengunjung sebagai manusia,dan bukan mengincar isi dompet pengunjung.

Selain itu,ada juga ruang-ruang lain yang terancam. Ruang-ruang non fisik.Ruang digital.Bahkan persuhaan berlomba menguasai ruang dan menganggap kita sebagai mikroorganisme berisi data yang bisa diperjual belikan. 

Ada ruang -ruang antara hari diisi dengan sesuatu yang bernama pekerjaan dan tanggung jawab. 

Tak kalah juga ruang-ruang dalam pikiran kita .Terancam kebebasannya. Tidak bisa berfikir bebas. Ketenangan semakin langka. 

Kita mungkin perlu menutup laptop. Mematikan ponsel. Duduk di beranda,lanjut memandang langit. Berjalan di gelap malam. Diterangi bintang.

#Tilem #H-1 Sarasaswati

Komentar

Postingan Populer