Peran,luka dan kerelaan sejati
Nak, hidup akan selalu menuntutmu memainkan banyak peran. Kau bisa menjadi pekerja yang rajin, istri yang penuh perhatian, ibu yang sabar, menantu yang baik. Semua itu akan datang silih berganti, seiring perjalanan waktu. Dan wajar jika engkau ingin diakui, wajar jika engkau ingin dipuji. Tidak ada seorang pun yang menolak pujian, sebab pujian adalah bahasa sederhana dari penghargaan.
Namun, ada yang lebih penting dari sekadar pujian: kejujuran pada dirimu sendiri.
Sebab jika engkau terus mengorbankan diri untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak ingin kau lakukan—hanya karena takut dikritik atau takut dicap tidak baik—engkau sedang menanam benih luka di dalam hatimu sendiri. Luka itu mungkin tak terasa sekarang, tetapi kelak ia bisa berubah menjadi kemarahan.
Kemarahan yang datang bukan hanya pada dirimu, tetapi juga pada orang-orang terdekat: suami, anak, mertua, bahkan dunia yang kau anggap menjebakmu dalam peran yang tak kau pilih. Keretakan yang lahir dari sini sering kali tidak terlihat di permukaan. Ia muncul pelan-pelan, dalam bentuk jarak yang semakin lebar, dalam kata-kata yang getir, atau dalam dinginnya tatapan yang kehilangan makna.
Karena itu, ada sesuatu yang tidak boleh direlakan meski melelahkan: hakmu untuk hidup dengan kejujuran. Hidup yang dijalani tanpa suara hati hanyalah topeng, dan topeng yang terus dipakai lama-lama akan terasa mencekik.
Belajarlah berkata tidak, Nak. Sebab “tidak” kadang adalah bentuk cinta yang paling sehat—cinta kepada dirimu sendiri, juga cinta kepada orang-orang yang kau sayangi. Sebab hanya dengan menjaga dirimu tetap utuh, engkau bisa benar-benar hadir untuk mereka.
Kerelaan bukanlah tunduk pada tuntutan orang lain, melainkan kesediaan menjalani peran dengan kesadaran penuh, tanpa paksaan. Di situlah letak kebahagiaan: ketika apa yang kau lakukan selaras dengan apa yang kau yakini.
Dan ingatlah, dunia akan selalu punya ekspektasi. Orang-orang akan selalu punya komentar. Tetapi hanya engkau yang tahu batas lelahmu, dan hanya engkau yang berhak menentukan apa yang sungguh layak diperjuangkan.


Komentar
Posting Komentar