Bangga pada diri sendiri
Suatu pagi, Bram—seorang pria lajang yang bangga bisa menghidupkan dispenser tanpa bantuan siapa pun—terbangun dengan semangat baru. Ia membuka gorden dengan heroik, memandangi dunia luar, dan berkata:
“Aku mungkin bukan orang terkuat di dunia, tapi aku bangun pagi TANPA ALARM. Ini adalah kemenangan.”
Sayangnya, dunia tidak peduli. Burung-burung tetap berak di balkon. Tetangga tetap menyetel dangdut koplo dari jam tujuh pagi. Dan kopi sachet-nya tumpah saat sedang menuang air panas.
Namun Bram tetap tegar. Ia berjalan ke kamar mandi, menatap cermin, dan menyemangati dirinya sendiri:
“Kamu berhasil sejauh ini, Bram. Kamu tidak viral karena ditangkap KPK, kamu belum jadi korban chat grup alumni, dan kamu masih bisa tertawa... walau tertawanya sering tanpa alasan.”
Tiba-tiba, kakinya terpeleset. Ia terjatuh—dengan posisi yang sangat tidak elegan—duduk di lantai kamar mandi, memakai celana pendek bergambar semangka, dan memegang sikat gigi seperti mikrofon.
Dalam posisi mengenaskan itu, Bram tidak menangis. Tidak marah. Tidak mengutuk Tuhan atau PLN. Ia hanya menatap langit-langit dan berkata:
“Ini... adalah bukti kekuatan sejati. Bertahan di dunia yang absurd ini, sambil tetap bangga pada diri sendiri... meski pantatmu dingin menyentuh keramik.”
Lalu ia tertawa. Sendiri. Seperti pahlawan yang baru saja memenangkan perang... melawan kenyataan.
Komentar
Posting Komentar