Cinta dan Kebutaan Sang Penyair

Kau adalah penyair muda,tanganmu ringan menari di atas kertas, bibirmu fasih mengeja luka dan bunga, dan matamu, ah, matamu! Tak henti menatap cakrawala seolah di sana ada jawaban bagi segalanya.

Perihal cinta?

Kau buta!

Namun kebutaanmu bukan cela. Ia adalah jenis kebutaan yang dipilih, disambut, bahkan dirayakan. Seperti Socrates menelan racun demi prinsip, kau pun menutup matamu demi cinta,bukan karena tak ingin melihat, tetapi karena kau yakin bahwa apa yang paling hakiki tak pernah tampak di mata.

Kau nyalakan cinta sebagai dilah penerang: kecil, gemetar, namun tak pernah padam. Api mungil itu menggigil di tengah badai kenyataan, menari meski angin logika berusaha memadamkannya.

Namun sadarlah, wahai penyair, setiap cahaya melahirkan jelaga. Dan hitam dari jelaga itulah yang diam-diam mengerak di hatimu. Ia tak terbakar, tak terbakar habis. Ia menetap. Dan di sanalah tragedi bermula: ketika cahaya yang kau agungkan, diam-diam menciptakan bayangan baru dalam batinmu.

Bukankah Plato pernah bicara tentang bayangan dalam gua? Mungkin cinta adalah salah satu di antaranya,pantulan samar dari kebenaran yang tak pernah bisa kita sentuh. Tapi kau tetap menuliskannya, seolah kau tahu, bahwa kebenaran bukanlah apa yang kita temukan, melainkan apa yang kita pertanyakan tanpa henti.

Kau menulis cinta seperti seorang buta yang menggambarkan pelangi,penuh keyakinan, tanpa pernah betul-betul melihatnya. Tapi justru di situlah keindahannya: karena apa yang tak terlihat, seringkali lebih jujur daripada yang bisa ditangkap mata.

Maka teruslah menulis, wahai penyair muda. Biarkan cahaya kecilmu menari. Biarkan hatimu dijelagai cinta. Karena dalam kehitaman itu, barangkali tersembunyi makna yang tak bisa ditemukan oleh mereka yang terlalu terang, terlalu logis, terlalu sadar untuk jatuh.

Dan jika nanti kau menua, dengan tangan gemetar dan mata yang semakin kabur, semoga kau masih bisa tersenyum pada satu hal: bahwa pernah, di masa muda yang rawan dan penuh harap, kau memilih buta,demi cinta.

Dan itu bukan kesalahan. Itu keberanian.


Komentar

Postingan Populer