Lelaki di Teras Rumah
Aku sering duduk lama di teras rumah setelah anak-anak tidur, hanya untuk mendengar suara yang tak terdengar siapa-siapa: suara dari dalam diriku sendiri. Bukan karena aku sedang menunggu sesuatu. Tapi karena aku baru sadar, hari itu, seperti hari-hari sebelumnya, aku lupa menanyakan satu hal penting: apakah aku baik-baik saja? Sebagai laki-laki, sejak lama aku diajari untuk “tanggung jawab dulu, urusan perasaan belakangan.” Aku memeluk peran sebagai kepala rumah tangga seperti memeluk duri,nyaman karena terbiasa, tapi selalu ada perih yang tak bisa dijelaskan. Aku bekerja. Aku mencukupi. Aku diam. Dan di balik semua itu, aku mulai kehilangan sesuatu: diriku sendiri. Kadang aku iri pada anakku yang menangis saat lelah. Istriku yang curhat tanpa beban. Teman-teman yang bisa bilang, “aku butuh rehat.” Sementara aku? Aku bahkan bingung harus mulai dari mana menjelaskan lelahku. Di usia ini, di mana rapuh mulai tumbuh satu-satu seperti penagih waktu, aku justru merasa seperti anak kec...