Masalah Pernikahan

Pernikahan kalau dalam Agama Hindu merupakan tahap kedua setelah Brahmachari. Kalau dalam filosofi Hindu atau ala tetua Bali pernikahan merupakan hal yang sakral. Apalagi sampai mampu menghasilkan keturunan yang suputra,sungguh utama.

Saya tidak ingin membahas pernikahan dari perspektif filosofi agama Hindu,karena ada yang lebih ahli dibidang itu. Saya hanya ingin berbagi sudut pandang dari pendapat pribadi atau dari hasil melihat pengalaman orang lain ataupun dari membaca buku.

Saat menjalani pernikahan atau berumah tangga tentu pernah mengalami konflik. Ini tak mengherankan karena dalam satu rumah ada lebih dari satu manusia. Dengan diri sendiri saja sering konflik apalagi mengarungi bahtera rumah tangga. Kalau enak terus namanya rumah makan,huehehe. Setiap konflik tidak terjadi begitu saja. Ada tahapannya.

Pertama,konflik yang tak terlihat. Ini ada di kepala masing masing pasangan atau hanya satu orang yang merasakan. Ada perasaan ketidakcocokan. Memikirkan sesuatu yang negatif pada pasangan. Adanya harapan yang tak sesuai kenyataan.

Kedua,konflik mulai menampakkan wujudnya. Bisa berupa perbedaan pendapat yang tajam dan tanpa titik temu. Masing masing bisa merasakan ketidakcocokan. Kalau ditahap ini berlanjut akan sampai pada tahap berikutnya.

Tahap ketiga,mulainya ekspresi ketidakcocokan lewat kontak fisik. Bisa berupa kekerasan rumah tangga. KDRT. Tamparan,pukulan ,tendangan,atau lainnya. Bisa juga barang-barang yang ada di sekitar menjadi pelampiasan.

Jika menginginkan pernikahan yang terus berlanjut tentu akan menyadari dan segera menghentikan konflik. Jikapun mengendaki perpisahan tentu diakhiri dengan baik-baik. Sebagaimana awalnya mulai.

Semoga kita senantiasa berada di saat yang terbaik.

Komentar

Postingan Populer