Aku,Kamu dan buku adalah lembaran-lembaran kisah yang menjalar di halaman waktu

Kita berambisi mengejar waktu. Kita membuat rencana-rencana dengan rinci tentang hari yang akan datang. Pada usia tertentu kita harus mencapai hal tertentu. Saatnya nanti kita akan mewujudkan sesuai dengan rencana tertentu. Adakalanya,bahkan sering kenyataan tidak sesuai dengan yang diharapkan.Ini bisa menyebabkan rasa kecewa dan sedih.

Sadar atau tidak bahwa yang kita buat ideal yang kita buat tidak berasal dari diri sendiri,melainkan dari bentukan atau tuntutan sosial.Tuntutan orang tua dan masyarakat membuat hidup kita sesuai pola yang ditentukan masyarakat. Sehingga kitapun melekat pada pola tersebut adalah bagian dari identitas diri kita. Jika kita keluar dari nilai dan pola yang telah masyarakat tetapkan maka kita akan dicap sebagai orang aneh.  Semua tergelar dalam sang waktu. Aku,kamu dan buku bergulir dalam sang waktu.

Apa itu sang waktu?

Banyak pendangan orang  tentang waktu. Setelah peristiwa Big Bang ruang mengembang dan waktu bergerak maju. Pada dimensi ruang kita mampu bergerak leluasa,kesana dan kemari. Pada dimensi waktu kita tumbuh dengan alam bergerak maju. Dari benih janin,tumbuh kembang menjadi dewasa dan renta.

Agustinus seorang filsuf berpandangan bahwa waktu itu dibagi menjadi dua bagian. Waktu subjektif dan waktu objektif. Waktu subjektif merupakan waktu di dalam batin manusia. Waktu Objektif adalah waktu yang bergerak,ada dalam kalender dan jam. Alam waktu memiliki logika yang berbeda. Saat berdiri diatas kompor yang menyala selama satu satu menit terasa satu jam. Duduk di taman dengan pasangan yang dicintai selama satu jam serasa satu menit.

Martin Heidgger ,berpendapat saat berpikir secara otomatis kita dalam tiga waktu yang berbeda yakni masa lalu,masa kini dan masa depan.

Ada pula yang memandang waktu bergerak lurus dan sebagai sumber daya terbatas. Saat tidak menggunakan waktu secara produktif kita seperti membuang-buang uang. "Time is Money".Ada juga memandang waktu sebagai lingkaran ,tidak lurus dan tidak terpisah antara masa lalu,masa kini dan masa depan. Segala sesuatu berulang,membentuk suatu pola dan bukan sumber daya yang terbatas karena selalu menciptakan dirinya secara berulang. Seperti kalender Bali yang berbentuk lingkaran. Kesempatan itu selalu datang pada kita. Selalu ada kesempatan kedua. 

Secara alamiah,kita hidup di masa kini. Sedangkan yang disebut sebagai masa depan dan masa lalu sesungguhnya itu tidak ada. Masa lalu dan masa depan adalah ilusi.

Adanya ambisi yang bergejolak dalam diri dengan segala rencana masa depan ,kita menganggap sebagai sesuatu yang nyata.Padahal apa yang kita lihat dengan masa depan hanyalah bayangan semata. Bila kita dibebani ambisi masa depan kita akan mengaburkan masa kini sehingga,hidup penuh kekhawatiran dan segala rencana yang sudah kita buat bisa menjadi berantakan. Begitu juga dengan masa lalu,seringkali kita mengingat secara berlebihan seolah ia kenyataan masa kini hingga muncul penyesalan dan kekecewaan.Padahal masa lalu hanyalah ingatan dari peristiwa yang sudah berlalu. Kita lupa dengan masa kini .Masa kini bisa lenyap dan di penjara dalam masa lalu.

Sang waktu adalah ilusi. Ia hanya persepsi yang naof akan realitas. Tidak ada yang salah dengan membuat rencana-rencana masa depan. Namun, jangan terus bebani masa kini,jangan hidup dalam tawanan bayang -bayang masa akan datang. Silakan mengingat masa lalu. Tidak ada yang salah mengenang masa yang berlalu. Tetapi,jangan sampai terpenjara di masa lalu. Cukup masa yang telah lewat jadikan pembelajaran.Jadilah alami. Hidup di masa kini dan disini.

Komentar

Postingan Populer