Apa itu Ultah?

Ulang tahun datang- begitu orang menyebut seperti hujan gerimis di malam yang sunyi—pelan, tanpa aba-aba, tanpa gegap gempita. Ia menyusup ke dalam kesadaranmu perlahan, seperti ketika kamu membuka mata dari tidur yang dalam, dan menyadari bahwa dunia di luar jendela telah berubah. Ada hal-hal yang terasa sedikit berbeda, tetapi anehnya, pada saat yang sama, semuanya tetap sama saja. Tiba-tiba, satu tahun lagi telah berlalu, seperti embun yang menghilang di pagi hari tanpa jejak. Tanpa disadari, kamu berdiri di ambang usia baru.


Setiap ulang tahun, aku merasa seperti terbangun dari tidur yang panjang, seolah-olah ada sesuatu yang baru, tetapi di saat yang sama, juga begitu akrab. Rasanya seperti mengenakan mantel lama yang baru saja kau temukan kembali di pojok lemari. Ia nyaman dan hangat, tetapi juga mengingatkanmu pada perjalanan-perjalanan yang pernah kau lalui—beberapa yang menyenangkan, beberapa yang ingin kamu lupakan. Dan di sinilah aku, berdiri di hadapan cermin waktu, merenung, bertanya pada diri sendiri: apa yang telah aku capai?


Namun, sering kali, jawaban dari pertanyaan itu tak pernah memuaskan. Aku menjalani hari-hari seperti yang lain. Aku bekerja, berinteraksi, memenuhi kewajiban yang sepertinya tak pernah habis. Aku mengisi hidupku dengan rutinitas yang begitu teratur, hingga setiap hari tampak seperti replika dari hari sebelumnya, hanya sedikit dipoles oleh variasi kecil yang tak berarti. Di balik angka usia yang terus bertambah, aku merasa seperti tidak benar-benar maju. Apakah aku telah berubah, atau hanya bergerak di lingkaran yang sama, berputar-putar tanpa tujuan yang jelas?


Usia, pada akhirnya, hanyalah angka. Sebuah tanda kecil di kalender hidup yang menandakan bahwa kamu telah berjalan sejauh ini, tapi bukan penanda kemajuan sejati. Kadang aku merasa bahwa semakin banyak angka yang bertambah, semakin samar perasaan bahwa aku tahu ke mana aku harus melangkah. Seperti berdiri di depan peta kosong, tanpa tanda arah, hanya terbentang luas tanpa akhir. Tapi mungkin itu memang yang harus kita alami. 


Di setiap ulang tahun, ada sesuatu yang mengendap di dalam diri. Seperti sisa kopi di dasar cangkir—pahit, tapi akrab. Mungkin inilah yang disebut waktu. Waktu yang tak pernah benar-benar bisa kamu pahami, tetapi selalu ada, mengalir di bawah permukaan hidupmu seperti arus yang tak terlihat di dasar sungai. Ia mengalir, mengikis, dan mengubah, tetapi dengan cara yang begitu lembut dan tak kasatmata, sehingga ketika kamu menyadari perubahan itu, semuanya sudah terlambat. Perasaan itu hadir, samar-samar, ketika kamu menyadari bahwa ada bagian dirimu yang telah berubah, meski kamu tidak tahu kapan tepatnya itu terjadi.


Ada kelegaan aneh yang datang setiap kali ulang tahun tiba. Seolah-olah aku tak perlu terburu-buru menemukan jawaban atas semua pertanyaan hidup ini. Bahwa tidak apa-apa jika aku tidak tahu persis ke mana aku harus melangkah, atau apakah tujuan yang kutuju benar-benar akan membawaku ke tempat yang kuinginkan. Waktu akan terus berjalan, mengalir tanpa henti, seperti aliran sungai yang tak peduli apakah kamu tahu tujuannya atau tidak. Dan di antara arus itu, kita hanya bisa mengapung, mencoba menemukan keseimbangan di tengah ketidakpastian.


Mungkin itulah yang kupelajari dari setiap ulang tahun yang datang—bahwa ada kebebasan dalam ketidakpastian, dan ada keindahan dalam ketidaktahuan. Hidup ini bukan soal berlari menuju jawaban, tetapi tentang menikmati proses bertanya. Kadang-kadang, tidak tahu ke mana harus pergi adalah bagian dari perjalanan itu sendiri. Dan ketika aku memikirkan hal ini, ada perasaan lega yang menyelimuti. Mungkin, tidak apa-apa jika hidupku tampak seperti perjalanan kereta malam—gelap, tak jelas, tapi penuh kemungkinan.


Pada akhirnya, ulang tahun hanyalah penanda, sebuah titik kecil di garis panjang yang tak terlihat. Seperti sebuah lampu jalan yang berkedip-kedip di kejauhan, memberitahu bahwa kamu telah melewati satu bagian dari jalanmu, tapi tidak memberi petunjuk apa pun tentang apa yang menunggu di depan. Dan kita, seperti penumpang di kereta malam yang panjang, hanya bisa duduk diam, menatap keluar jendela, menyaksikan dunia berlalu dalam kegelapan. Setiap cahaya yang muncul di luar hanyalah bayangan samar yang segera lenyap, dan kita bertanya-tanya apa yang menunggu di stasiun berikutnya.


Apa yang menunggu di stasiun berikutnya? Apakah itu perubahan besar, sebuah titik balik yang akan mengarahkan hidup kita ke arah yang baru? Atau mungkin, stasiun itu hanyalah tempat persinggahan sementara, tak lebih dari sekadar jeda di antara perjalanan yang lebih panjang? Kita tidak pernah tahu. Dan mungkin itulah inti dari semuanya. 


Di setiap ulang tahun, kita diingatkan akan misteri yang terus menyertai kita, bahwa waktu tidak pernah benar-benar bisa dimengerti. Kita hanya bisa terus melangkah, sedikit demi sedikit, mencoba memahami apa yang bisa dipahami, dan menerima apa yang tak bisa dijelaskan. Seperti penumpang kereta yang tak pernah tahu kapan akan tiba, kita hanya bisa berharap bahwa apa pun yang menunggu di depan, itu adalah bagian dari perjalanan kita. 


Dan di sana, dalam ketidakpastian itu, ada kedamaian yang samar, sebuah pemahaman bahwa hidup ini tidak selalu butuh tujuan yang jelas, asalkan kita tetap berjalan, tetap bergerak maju. Entah ke mana arah kita, pada akhirnya, semuanya akan menjadi bagian dari cerita yang lebih besar—cerita yang kita tulis perlahan-lahan, setiap tahun yang berlalu.



*Partner :Ai

Komentar

Postingan Populer