Apa yang kamu pikirkan?
“Apa yang Anda pikirkan?” tanya Facebook, dengan nada yang nyaris terdengar akrab, seolah peduli.
Aku menatap layar, mencoba merangkai jawaban. Bukan untuk Facebook, tentu saja. Aku tahu algoritma tak punya hati, dan empati di dunia maya hanyalah fatamorgana yang dikemas dalam emoji. Tapi tetap saja, aku ingin menjawab.
“Kamu,” ketikku pelan.
Dengan sedikit yakin, dan banyak ragu.
Karena bagaimana bisa aku begitu yakin memikirkanmu, sementara kau mungkin sedang memikirkan hal lain? Atau seseorang lain?
Di luar, hujan mulai merintik kembali. Aku menoleh ke jendela, mengamati gerimis yang turun ragu-ragu, seolah ia pun sedang memikirkan sesuatu.
Hujan memang begitu. Ia bisa datang dengan deras, penuh keyakinan, atau sekadar rintik malu-malu, seperti seseorang yang ingin kembali tapi tak tahu harus memulai dari mana.
Mungkin hujan pagi ini mengerti perasaanku lebih dari Facebook.
Komentar
Posting Komentar