Hidup adalah saat ini

Ada yang berkata: Hidup adalah saat ini.

Namun, berapa banyak yang benar-benar hidup di saat ini?

Sebagian besar manusia justru hidup dengan masa lalu—baik yang penuh luka maupun yang dipenuhi nostalgia. Ada yang tenggelam dalam trauma, ada pula yang terjebak dalam kejayaan yang telah usang. Sebagian lainnya menjadikan teks-teks kuno sebagai peta jalan, seolah realitas hari ini masih sama dengan ribuan tahun yang lalu.

Maka, tidaklah mengherankan jika hidup manusia bisa diramal. Bukan karena ada kekuatan supranatural, tetapi karena pola hidup manusia sering kali berulang. Seorang dukun bisa menebak takdirmu, sebagaimana seorang investor seperti Ray Dalio atau George Soros bisa memprediksi pergerakan ekonomi. Semua bekerja dalam pola yang sama, dalam algoritma yang terus berulang—layaknya siklus karma dalam kehidupan.

Tetapi, apakah itu berarti hidup hanyalah sekadar pola yang bisa ditebak? Tidak juga. Karena realitas sejati selalu baru, selalu tak terduga.

Maka, pilihan ada di tangan masing-masing:
Hidup dalam pola yang bisa diramal, atau melangkah ke dalam ketidakpastian yang sejati?
Tidak ada yang salah. Tidak ada yang benar.
Karena pada akhirnya, suka atau duka, kita sendiri yang menjalaninya.


Foto : Hadiah Bingkisan




Komentar

Postingan Populer