Kedamaian Tumbuh dalam Diri
Kedamaian bukanlah hadiah yang jatuh dari langit. Ia bukan sesuatu yang bisa dibeli, diraih dengan gelar, atau dijanjikan oleh siapa pun. Kedamaian, pada akhirnya, adalah sebuah proses panjang,perjalanan yang kita tempuh diam-diam, seringkali dalam luka, seringkali dalam kehilangan, dan hampir selalu dalam keheningan.
Pernahkah Anda merasakan, bahwa ada masa dalam hidup di mana sebuah peristiwa kecil saja mampu merobek seluruh tenang yang kita punya? Sebuah ucapan singkat bisa membuat kita terjaga semalaman. Sebuah sikap dingin bisa menusuk lebih tajam dari pedang. Ingatan akan sebuah wajah tertentu cukup untuk membuat dada sesak dan napas terasa berat. Malam-malam itu terasa panjang, dan kita hidup seperti tawanan dari bayangan sendiri.
Namun, waktu dan kesadaran memiliki cara kerja yang misterius. Pada titik tertentu, Anda mendapati hal-hal yang dulu begitu mengganggu tidur kini tidak lagi membuat hati Anda bergejolak. Anda masih bisa melihat situasi yang sama, orang yang sama, atau kenangan yang sama,tetapi kali ini, tubuh Anda tidak lagi bergetar. Tidak ada lagi desakan untuk membalas, untuk melawan, atau untuk melarikan diri. Yang tersisa hanyalah ketenangan.
Banyak orang salah memahami momen itu. Mereka menyebutnya ketidakpedulian. Padahal, keterpisahan yang tenang bukanlah bentuk kebekuan hati, melainkan kejelasan. Kedamaian sejati adalah ketika kita mampu memandang segala sesuatu apa adanya, tanpa lagi membiarkannya mencuri kekuatan batin kita. Kita belajar berdiri sedikit lebih jauh, bukan untuk mengabaikan, tapi untuk bisa benar-benar melihat.
Kedamaian berarti Anda telah melewati badai dan kini badai itu tak lagi mengguncang seperti dulu. Ia masih datang, kadang dengan suara gemuruh, kadang dengan kilatan cahaya yang menakutkan. Tetapi Anda tahu, Anda tidak lagi orang yang sama. Anda tidak lagi pecah setiap kali angin bertiup. Anda telah tumbuh, lebih kokoh dari sebelumnya.
Ada kebebasan besar ketika Anda tak lagi terpicu oleh hal-hal yang dulu menyakiti. Bayangkan sebuah rantai yang selama ini membelenggu pergelangan Anda, membuat setiap langkah terasa berat. Lalu suatu hari, rantai itu jatuh. Anda baru menyadari betapa lama Anda hidup dengan beban yang tidak perlu. Dan ketika beban itu lepas, Anda belajar berjalan dengan ringan.
Itu sebabnya, kedamaian sering kali terasa seperti kemenangan kecil yang sunyi. Tidak ada tepuk tangan, tidak ada sorak-sorai. Tetapi hati Anda tahu: Anda telah berhasil melampaui kekacauan, pikiran yang berlebihan, dan kebutuhan untuk memperbaiki sesuatu yang sejak awal bukan tanggung jawab Anda.
Kedamaian bukan berarti berpura-pura bahwa segala sesuatu tidak pernah penting. Justru sebaliknya, kedamaian lahir dari keberanian untuk mengakui bahwa memang pernah penting, pernah menyakitkan, pernah membuat Anda hampir hancur. Tetapi kini, semua itu tidak lagi menentukan kondisi emosi Anda. Luka itu tetap ada, tetapi ia berubah menjadi jejak yang mengajarkan Anda berjalan dengan lebih hati-hati.
Kita sering berpikir bahwa kedamaian hanya bisa tercapai jika dunia luar tenang. Padahal, kedamaian bukanlah ketiadaan badai, melainkan kemampuan untuk tetap berdiri tegak di tengah badai. Bukan menunggu ombak mereda, tetapi menemukan irama untuk menari di antara ombak.
Anda tahu bahwa Anda telah menemukan kedamaian ketika dunia luar tak lagi memiliki kuasa yang sama seperti dulu. Ketika ucapan orang lain tidak lagi menentukan harga diri Anda. Ketika penolakan tidak lagi terasa seperti akhir dari segalanya. Ketika kehilangan tidak lagi membuat Anda kehilangan diri sendiri.
Itu artinya Anda telah menemukan kekuatan yang selama ini berdiam di dalam diri,kekuatan yang tidak bisa dirampas oleh siapa pun.
Pada akhirnya, kedamaian bukanlah titik akhir. Ia adalah cara hidup. Sebuah sikap batin untuk terus memilih tenang di tengah riuh, memilih jernih di tengah keruh, memilih damai di tengah dunia yang selalu punya alasan untuk marah.
Dan mungkin, inilah rahasia paling sunyi yang hanya bisa dipahami mereka yang pernah hancur: bahwa kedamaian tidak tumbuh dari dunia yang ramah, melainkan dari hati yang berani sembuh.
Komentar
Posting Komentar